1. Sejarah Kambing
Asia adalah pusat domestikasi kambing
dimana domestikasi ternak kambing telah berlangsung sejak 9000 sampai 11000
tahun yang lalu. Kambing merupakan hewan ternak pertama yang dijinakkan setelah
anjing. Nenek moyang kambing diyakini berasal dai hewan benzoar atau kambing
jinak (C. Aegragus hircus) yang merupakan subspesies dari Capra aegragus
(kambing liar aegragus). Para ahli menggolongkan kambing
menjadi 6 kelompok, yaitu berdasarkan daerah asal, kegunaan, ukuran tubuh,
bentuk telinga, panjang telinga, serta tanduk. Penggolongan berdasarkan daerah
asal memberi kemampuan adaptasi terhadap iklim dan kondisi lingkungan tertentu.
Berdasarkan kegunaan, kambing diklasifikasikan atas produk yang dihasilkan,
yaitu susu (kambing perah) , daging (kambing pedaging/ potong), dan bulu
(khasmier). Perbedaan ukuran tubuh kambing umumnya ditentukan berdasarkan
tinggi pundak. Sedangkan menurut bentuk telinga, kambing digolongkan
berdasarkan daun telinga (terbuka lebar atau melipat) dan ukuran panjang
telinga (pendek, sedang, dan panjang). Bentuk telinga sering mempengaruhi harga
ternak yang bersangkutan. Hal yang sama berpengaruh pada tanduk yang
digolongkan menjadi panjang, pendek atau tak bertanduk.
2. Jenis-jenis Kambing di Indonesia
Dengan semakin banyaknya (kuantitas) dan semakin mampunya (kualitas)
peternak melakukan penyilangan sendiri, maka saat ini sebenarnya semakin sulit
menentukan jenis kambing. Namun demikian disini akan diuraikan secara singkat
jenis-jenis kambing yang ada di Indonesia (beredar di pasaran).
1. Kambing Kacang
Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di
Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya
reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina keduanya
merupakan tipe kambing pedaging.
Ciri-ciri kambing kacang :
- Tubuh
kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
- Telinganya
tegak, berbulu lurus dan pendek.
- Pada
umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi
ketiganya.
- Kambing
jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.
- Berat
tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25
kg.
- Tinggi
yang jantan 60 - 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.
Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada
kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan
punggung sampai ekor dan pantat.
2. Kambing Etawa (Kambing Jamnapari)
Kambing Ettawa atau dikenal juga dengan
nama Kambing
Jamnapari, merupakan jenis kambing unggul yang memiliki dua tipe fungsi yaitu sebagai kambing penghasil susu maupun kambing untuk penghasil daging. Kambing Etawa didatangkan ke Indonesia dari India.
Jamnapari, merupakan jenis kambing unggul yang memiliki dua tipe fungsi yaitu sebagai kambing penghasil susu maupun kambing untuk penghasil daging. Kambing Etawa didatangkan ke Indonesia dari India.
Ciri-ciri kambing Etawa :
- Badannya
besar, tinggi gumba kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang betina
mencapai 92 cm.
- Bobot
yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina hanya mencapai 63 kg.
- Telinganya
panjang dan terkulai ke bawah.
- Dahi
dan hidungnya cembung.
- Kambing
jantan maupun betina bertanduk pendek.
Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
3. Kambing Jawarandu (Bligon, Gumbolo, Koplo, Kacukan)
Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki nama
lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Merupakan hasil silangan dari kambing
peranakan etawa dengan kambing kacang, namun sifat fisik kambing kacangnya yang
lebih dominan. Untuk menghemat biasanya peternak susu kambing memilih kambing
ini untuk diternakkan guna diambil susunya. Kambing ini dapat menghasilkan susu
sebanyak 1,5 liter per hari.
Ciri-ciri kambing
Jawarandu :
- Memiliki
tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing jantan dewasa
dapat lebih dari 40 kg, sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 kg.
- Baik
jantan maupun betina bertanduk.
- Memiliki
telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.
Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil susu.
4. Kambing PE (Peranakan Etawa)
Kambing ini merupakan hasil persilangan
antara kambing Etawa dengan kambing lokal/ Kacang, dengan tujuan lebih mampu
beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing ini dikenal sebagai kambing
PE (Peranakan Etawa), dan saat ini juga dianggap sebagai kambing Lokal.
Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda tubuhnya berada diantara kambing Kacang dan kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke arah kambing Etawa, ada sebagian yang lebih ke arah kambing Kacang.
Kambing ini awalnya tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, dan saat ini hampir di seluruh Indonesia. Pejantan mempunyai sex-libido yang tinggi, sifat inilah yang membedakan dengan kambing Etawa.
Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda tubuhnya berada diantara kambing Kacang dan kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke arah kambing Etawa, ada sebagian yang lebih ke arah kambing Kacang.
Kambing ini awalnya tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, dan saat ini hampir di seluruh Indonesia. Pejantan mempunyai sex-libido yang tinggi, sifat inilah yang membedakan dengan kambing Etawa.
Ciri-ciri kambing Etawa :
- Warna bulu
belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih.
- Badannya
besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan
betina mencapai 63 kg.
- Telinganya
panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar
- Dahi
dan hidungnya cembung.
- Kambing
jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek.
- Daerah
belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang
Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
5. Kambing Boer
Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika
Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65
tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan kambing
pedaging yang sesungguhnya karena pertumbuhannya sangat cepat.
Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas
kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang,
dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang
menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat
tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya
berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar
matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu
sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43 derajat celcius)
dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap
penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang
berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka
meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.
Kambing Boer Jantan
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat
sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot.
Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam
karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada
umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari
8 – 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan
dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Disarankan agar semua
pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan
yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 – 8
tahun.
Kambing Boer Betina
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi
tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada
dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan,
tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu
melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat
menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak
kembar dua, tiga, bahkan empat.
Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang
cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ – 3½ bulan induk
mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala
tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman,
ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat
dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut “flagging”. Boer betina
mampu menjadi induk hingga selama 5 – 8 tahun.
6. Kambing Saanen
Kambing Saanen ini aslinya berasal dari lembah Saanen, Swiss
(Switzerland) bagian barat. Merupakan salah satu jenis kambing terbesar di
Swiss dan penghasil susu kambing yang terkenal. Sulit berkembang di wilayah
tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Oleh karena itu di
Indonesia jenis kambing ini disilangkan lagi dengan jenis kambing lain yang
lebih resisten terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing Saanen,
antara lain dengan kambing peranakan etawa.
Ciri-ciri kambing Saanen :
- Bulunya
pendek berwarna putih atau krim dengan titik hitam di hidung, telinga dan
di kelenjar susu.
- Hidungnya
lurus dan muka berupa segitiga.
- Telinganya
sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan.
- Ekornya
tipis dan pendek.
- Jantan
dan betinanya bertanduk.
- Berat
dewasa 68-91 kg (Jantan) dan 36kg - 63kg (Betina), tinggi ideal kambing
ini 81 cm dengan berat 61 kg, di saat tingginya 94 cm beratnya 81 kg.
Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
7. Kambing Gembrong
Kambing Gembrong terdapat di daerah
kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem.
Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing berbulu panjang dan
lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip kambing, tetapi bila
melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga kepala, hewan ini
juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah kambing Gembrong, kambing
asal Bali yang hampir punah.
Ciri khas kambing Gembrong jantan berbulu panjang lebat dan
mengkilap, yang tumbuh mulai dari kepala hingga ekor. Bila dibiarkan, panjang
bulu bisa mencapai 25—30 cm. Setiap 12—16 bulan sekali, bulunya mesti dicukur.
Jika tidak, bulu bagian kepala dapat menutupi mata dan telinga, sehingga akan
mempersulit kambing saat makan.
Sedangkan bentuk dan ukuran tubuh kambing betina mirip kambing kacang. Tapi
pada bagian bawah perut melebar. Kambing gembrong betina juga bertanduk, namun
lebih pendek dan oval. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan
kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih sebagian berwarna
coklat muda dan coklat. Pola warna tubuh kebanyakan satu warna, sebagian lagi
dua - sampai tiga warna. Tinggi kambing (gumba) 58 - 65 cm, bobot badan kambing
dewasa 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada dahi. Jumbai terkadang menutup
mata dan muka kambing.
Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.
Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.
Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.
Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.
8. Kambing Boerawa
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil
persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE)
betina.
Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerawa
yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah. Kambing hasil
persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung,
walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah
dilakukan di beberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi
Selatan.
9. Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan
Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara.
Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan
sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada
juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing
Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai
empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup
sampai besar tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan
anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal
saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif
baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
10. Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di
sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang,
hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek.
Kambing ini dulunya terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing
Khasmir (kambing impor).
Warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua, coklat muda, coklat merah,
abu-abu sampai hitam. Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian
yang belang umumnya didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya
serta ditemukan pula dalam populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta.
Selama ini masyarakat hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli
Indonesia, namun karena bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing
Kacang, sering sulit dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang,
padahal bila diamati secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang
sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas
yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip
bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos
pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing
Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk
dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.
11. Kambing Marica
Kambing Marica adalah suatu variasi lokal
dari Kambing Kacang yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, dan
merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO
sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).
Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
12. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)
Berdasarkan sejarahnya kambing
Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir,
di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada
acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk
setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara
alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka
mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri
dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim
kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang
topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang
biak dengan baik.
Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 - 32 kg; panjang
badan 57 - 63 cm; tinggi pundak 50 - 56 cm; tinggi pinggul 53 - 59 cm; dalam
dada 28 - 33 cm dan lebar dada 17 - 20 cm.
Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir
ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang
membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan
putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang
putih hitam. Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal
dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak.
1. Bangsa-
Bangsa Kambing
Bangsa kambing yang termasuk tipe perah :
1. Kambing
Etawa
2. Kambing
Saanen
3. Kambing
Jawarandu
4.Kambing
Tonggenburg
Bangsa kambing yang termasuk tipe potong :
1. Kambing Nubian
2. Kambing Angora
3. Kambing Khasmir
2. Tujuan
dan Fungsi Beternak Kambing
Jenis kambing asli di Asia dipelihara khusus untuk :
1. Produksi susu.
2. Produksi bulu.
3. Produksi kulit.
4. Produksi daging.
5. Kesuburan dan perekembang biakan.
Kambing dikembang biakkan dan dihargai sebagai ternak potong karena
konsumen menyukai kekhasan pada aroma dan rasa serta keempukan daging kambing
meskipun daging kambing sedikit berlemak.
Di Indonesia, kambing dipelihara untuk tujuan :
1. Penyedia protein hewani (susu dan daging) untuk pemenuhan gizi. Daging
kambing merupakan pemasok konsumsi rumah tangga di pedesaan dan pemasok
kebutuhan pasar di perkotaan.
2. Hak milik atau tabungan yang menciptakan rasa aman dan ketenangan.
3. Lapangan kerja termasuk pemanfaatan tenaga kerja keluarga yang efektif.
4. Pendapatan tambahan selain dari hasil pertanian.perkebunan.
5. Pemanfaatan limbah (mesin daur ulang alami). Kambing dapat memanfaatkan
limbah pertanian dan industri hasil pertanian serta mengubahnya menjadi bahan
hewani yang sangat berguna (daging, susu, kulit).
6. Penghasil pupuk kandang. Kambing turut mempertahankan kesuburan lahan
pertanian dengan mengembalikan feces dan urine ke tanah.
7. Sebagai hewan percobaan di laboratorium.
Kambing digemari untuk dipelihara karena :
1. Ukuran tubuh tidak terlau besar dan cepat dewasa.
2. Mudah perawatannya dan pemeliharaannya karena adanya sifat menggerombol,
mudah penyediaan pakan dan tidak butuh lahan yang luas.
3. Cepat berkembang biak.
4. Daya adaptasi terhadap lingkungan yang tinngi.
5. Modal untuk memulai memelihara kambing relatif tidak besar dan lebih
cepat berputar.
6. Karkas kambing yang kecil
lebih mudah dijual sehinnga relatif lebih cepat dikonsumsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar