BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan perbedaan; wahyu, ilham,
ta’lim dan al qur’an
2.1, 1. Pengertian; wahyu, ilham, ta’lim dan al qur’an
a. Pengertian Wahyu
Wahyu adalah
perkataan yang menunjukkan atas dua arti pokok. Dua hal yang yang tersembunyi
dan cepat. Ada yang mengatakan wahyu itu adalah arti yang tersembunyi itu cepat
di tangkap, khusus bagi orang- orang yang menghadapkan perhatian kepadanya itu.
Sebab tersembunyi kepada orang lain.
Wahyu menurut ilmu bahasa ialah syarat
yang cepat denagan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan
bukan dengan tangan . Juga bermakana surat dan tulisan sebagaimana yang kita
sampaikan kepada orang lain untuk di ketahuinya.
Sedangkan menurut istilah ialah sebutan
bagi sesuatu yang di tuangkan dengan cara cepat dari Allah kedalam dada Nabi-
nabiNya.[1]
b. Pengertian Ilham
Sebagian Ulama berkata bahwa ilham
ialah jiwa suatu pengetahuan kedalam jiwa yang meminta supaya dikerjakan oleh
yang menerimanya dengan tidak lebih dahulu dilakukan ijtihad dalam menyelidiki
hujjah- hujjah agama.[2]
c. Pengertian Ta’lim
Ta’’lim (memberikan pelajaran) bersandar kepada pengetahuan
dan penyelidikan.[3]
d. Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an ialah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. Untuk menjadi pedoman hidup dan untuk melemahkan
bangsa Arab yang terkenal petah lidahnya
(fasih) dan tinggi susunan bahasanya.
2.1 . Penyimpanan dan
Pemeliharaan Otentisitas Al Qur’an masa Rasulullah saw
Al Qur’an turun kepada Nabi saw yang Ummi ( tidak
bisa baca tulis) dan. Karena itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk
sekedar menghafal dan menghayati, agar ia dapt menguasai Al Qur’an yang
diturunkan. Setelah itu ia membacakannya kepada orang- orang dengan berita
terang agar mereka pun dapat menghafalnya serta memantapkannya. Karena Nabi
adalah orang yang Ummi dan diutus Allah di kalangan orang- orang yang Ummi
pula.[1]
Allah
Berfirman :
ﻫﻮﺍﻟﱠﻨﻱ ﺑﻌﺙﹶ ﻔﻲ ﺍﻷﻤﱢﻴﱢﻦﹶ ﺮﺴﻮﻻﹰ ﻤﻨﻬﹸﻢﹾ ﻴﺘﻠﻮﹾﺍ ﻋﻠﻴﻬﻴﻢﹾ
ﺁﻴﺍﺘﻪﹺ ﻮﻴﺯﻜﱢﻴﻬﻢﹾ ﻮﻴﻌﻠﱢﻤﻬﻢﹸ ﻠﻜﺘﺎﺐﹶ ﻮﻠﺤﻜﻤﺔﹶ ﺇﻦﹾ ﻜﺎﻧﻮﹾﺍ ﻤﻦﹾ ﻘﺒﻞﹸ ﻠﻔﻲ ﻀﻼﻞﹴ ﻤﺑﻴﻥﹶ
Artinya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang
buta huruf seorang rasul diantara mereka yang membacakan ayat- ayatNya kepada
mereka, mensucikan mereka dengan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah”.[2]
Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat
membaca dan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingatan yang
sangat kuat. Pada setiap kali Rasulullah saw menerima wahyu yang berupa ayat-
ayat Al Qur’an beliau membacanya didapan para sahabat, kemudian para sahabat
menghafalkan ayat- ayat tersebut sampai hafal diluar kepala. Namun Beliau
menyuruh Kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat- ayat yang baru
diterimanya itu. Mereka yang termasyur adalah :
1. Abu Bakar As Shiddiq
2. Umar bin Khattab
3. Usman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
5. Ubay Bin Ka’ab bin
Qays
6. Zaid bin Tsabit
7. Zubair bin Awwam
8. Mu’awiyah bin Sufyan
9. Arqam bin Maslamah
10. Muhammad bin Maslamah
11. Abban bin Sa’id bin
Al’As
12. Khalid bin Sa’id
13. Tsabir bin Qays
14. Hanzalah bin Rabi
15. Khalid bin Walid
16. Abdullah bin Arqam
17. A’la bin Utbah
18. Syurahbil bin Hasanah
Tulisan yang ditulis oleh para penulis wahyu itu
disimpan dirumah Rasul. Disamping itu mereka juga menulis untuk mereka sendiri.
Disaat- saat Rasul masih hidup Al Qur’an belum dikumpulkan didalam mushaf (buku
yang berjilid). Adapun caranya mereka menulis Al Qur’an yaitu mereka menulisnya
pada pelepah- pelepah kurma, keping batu, kulit atau daun kayu, tulang binatang
dan sebagainya. Hal ini karena pabrik atau perusahaan kertas di kalangan bangsa
arab belum
ada. Yang ada baru di negeri lain seperti Persia dan Romawi, tetapi masih
sangat kurang dan tidak disebarkan. Orang- orang arab menulis sesuai dengan
perlengkapan yang dimiliki dan pantas dipergunakan untuk menulis. Bangsa Arab
pada masa turunnya Al Qur’an, mereka berada dalam budaya Arab yang begitu
tinggi, ingatan mereka sangat kuat dan hafalannya cepat serta daya pikiranya
terbuka. Orang- orang Arab banyak yang hafal seratus ribu syair dan mengetahui
silsilah serta nasab keturunannya. Mereka dapat mengungkapkan diluar kepala dan mengetahui
sejarahnya. Jarang sekali diantara mereka yang tidak bisa mengungkapkan
silsilah dan nasab tersebut atau tidak hafal “ Al Mu’aalaqat Al Asyar” yang
begitu banyak syairnya lagi pula sulit dalam menghafalnya.
Begitu
Al Qur’an datang kepada mereka dengan jelas, tegas ketentuan dan kekuasaannya yang luhur, mereka
merasa kagum,
akal pikiran mereka tertimpa dengan Al
Qur’an, sehingga perhatiannya dicurahkan kepada Al Qur’an. Mereka menghafalnya
ayat demi ayat, surat demi surat. Mereka tinggalkan syair- syair karena merasa
memperoleh ruh atau jiwa dari Al Qur’an.
Para sahabat banyak terkenal hafal Al Qur’an dan Rasulullah telah membakar semangat meraka untuk
menghafal Al Qur’an. Banyak diantara mereka yang hafal seluruh Al Qur’an. Para
sahabat dikala islam masih disembunyikan, mempelajari Al Qur’an disuatu rumah
(rumah Zaid bin Arqam), disanalah mereka berkumpul mempelajari serta memahamkan
isi kandungan ayat- ayat yang telah diturunkan itu dengan jalan memudarasahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar