Jumat, 03 Mei 2013

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN WAHYU, ILHAM, TA'LIM DAN ALQUR'AN


BAB II
PEMBAHASAN

2.1          Pengertian dan perbedaan; wahyu, ilham, ta’lim dan al qur’an

2.1, 1. Pengertian; wahyu, ilham, ta’lim dan al qur’an
a.    Pengertian Wahyu
Wahyu adalah perkataan yang menunjukkan atas dua arti pokok. Dua hal yang yang tersembunyi dan cepat. Ada yang mengatakan wahyu itu adalah arti yang tersembunyi itu cepat di tangkap, khusus bagi orang- orang yang menghadapkan perhatian kepadanya itu. Sebab tersembunyi kepada orang lain.
Wahyu menurut ilmu bahasa ialah syarat yang cepat denagan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan . Juga bermakana surat dan tulisan sebagaimana yang kita sampaikan kepada orang lain untuk di ketahuinya.
Sedangkan menurut istilah ialah sebutan bagi sesuatu yang di tuangkan dengan cara cepat dari Allah kedalam dada Nabi- nabiNya.[1]

b.    Pengertian Ilham
Sebagian Ulama berkata bahwa ilham ialah jiwa suatu pengetahuan kedalam jiwa yang meminta supaya dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak lebih dahulu dilakukan ijtihad dalam menyelidiki hujjah- hujjah agama.[2]

c.    Pengertian Ta’lim
Ta’’lim (memberikan pelajaran) bersandar kepada pengetahuan dan penyelidikan.[3]




d.    Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an ialah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Untuk menjadi pedoman hidup dan untuk melemahkan bangsa Arab yang terkenal petah lidahnya  (fasih) dan tinggi susunan bahasanya.



[1] . Hasbi Ash Shiddieqy sejarah & pengantar ilmu Al Qur’an dan Tafsir hal :10
[2] . Hasbi Ash Shiddieqy sejarah & pengantar ilmu Al Qur’an dan Tafsir hal : 12
[3] . Hasbi Ash Shiddieqy sejarah & pengantar ilmu Al Qur’an dan Tafsir hal : 13

          2.1 . Penyimpanan dan Pemeliharaan Otentisitas Al Qur’an masa Rasulullah saw
Al Qur’an turun kepada Nabi saw yang Ummi ( tidak bisa baca tulis) dan. Karena itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayati, agar ia dapt menguasai Al Qur’an yang diturunkan. Setelah itu ia membacakannya kepada orang- orang dengan berita terang agar mereka pun dapat menghafalnya serta memantapkannya. Karena Nabi adalah orang yang Ummi dan diutus Allah di kalangan orang- orang yang Ummi pula.[1]
Allah Berfirman :
ﻫﻮﺍﻟﱠﻨﻱ ﺑﻌﺙﹶ ﻔﻲ ﺍﻷﻤﱢﻴﱢﻦﹶ ﺮﺴﻮﻻﹰ ﻤﻨﻬﹸﻢﹾ ﻴﺘﻠﻮﹾﺍ ﻋﻠﻴﻬﻴﻢﹾ ﺁﻴﺍﺘﻪﹺ ﻮﻴﺯﻜﱢﻴﻬﻢﹾ ﻮﻴﻌﻠﱢﻤﻬﻢﹸ ﻠﻜﺘﺎﺐﹶ ﻮﻠﺤﻜﻤﺔﹶ ﺇﻦﹾ ﻜﺎﻧﻮﹾﺍ ﻤﻦﹾ ﻘﺒﻞﹸ ﻠﻔﻲ ﻀﻼﻞﹴ ﻤﺑﻴﻥﹶ                                                                                               
Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka yang membacakan ayat- ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dengan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah”.[2]
Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membaca dan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingatan yang sangat kuat. Pada setiap kali Rasulullah saw menerima wahyu yang berupa ayat- ayat Al Qur’an beliau membacanya didapan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat- ayat tersebut sampai hafal diluar kepala. Namun Beliau menyuruh Kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat- ayat yang baru diterimanya itu. Mereka yang termasyur adalah :
1. Abu Bakar As Shiddiq
2. Umar bin Khattab
3. Usman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
5. Ubay Bin Ka’ab bin Qays
6. Zaid bin Tsabit
7. Zubair bin Awwam
8. Mu’awiyah bin Sufyan
9. Arqam bin Maslamah
10. Muhammad bin Maslamah
11. Abban bin Sa’id bin Al’As
12. Khalid bin Sa’id
13. Tsabir bin Qays
14. Hanzalah bin Rabi
15. Khalid bin Walid
16. Abdullah bin Arqam
17. A’la bin Utbah
18. Syurahbil bin Hasanah
Tulisan yang ditulis oleh para penulis wahyu itu disimpan dirumah Rasul. Disamping itu mereka juga menulis untuk mereka sendiri. Disaat- saat Rasul masih hidup Al Qur’an belum dikumpulkan didalam mushaf (buku yang berjilid). Adapun caranya mereka menulis Al Qur’an yaitu mereka menulisnya pada pelepah- pelepah kurma, keping batu, kulit atau daun kayu, tulang binatang dan sebagainya. Hal ini karena pabrik atau perusahaan kertas di kalangan bangsa arab belum ada. Yang ada baru di negeri lain seperti Persia dan Romawi, tetapi masih sangat kurang dan tidak disebarkan. Orang- orang arab menulis sesuai dengan perlengkapan yang dimiliki dan pantas dipergunakan untuk menulis. Bangsa Arab pada masa turunnya Al Qur’an, mereka berada dalam budaya Arab yang begitu tinggi, ingatan mereka sangat kuat dan hafalannya cepat serta daya pikiranya terbuka. Orang- orang Arab banyak yang hafal seratus ribu syair dan mengetahui silsilah serta nasab keturunannya. Mereka dapat mengungkapkan diluar kepala dan mengetahui sejarahnya. Jarang sekali diantara mereka yang tidak bisa mengungkapkan silsilah dan nasab tersebut atau tidak hafal “ Al Mu’aalaqat Al Asyar” yang begitu banyak syairnya lagi pula sulit dalam menghafalnya.
Begitu Al Qur’an datang kepada mereka dengan jelas, tegas ketentuan dan kekuasaannya yang luhur, mereka merasa kagum, akal pikiran mereka tertimpa dengan  Al Qur’an, sehingga perhatiannya dicurahkan kepada Al Qur’an. Mereka menghafalnya ayat demi ayat, surat demi surat. Mereka tinggalkan syair- syair karena merasa memperoleh ruh atau jiwa dari Al Qur’an.
Para sahabat banyak terkenal hafal  Al Qur’an dan Rasulullah telah membakar semangat meraka untuk menghafal Al Qur’an. Banyak diantara mereka yang hafal seluruh Al Qur’an. Para sahabat dikala islam masih disembunyikan, mempelajari Al Qur’an disuatu rumah (rumah Zaid bin Arqam), disanalah mereka berkumpul mempelajari serta memahamkan isi kandungan ayat- ayat yang telah diturunkan itu dengan jalan memudarasahkan.



[1] . H. Amad Syadahli dan H. Ahmad Rofa’I Ulumul Qur’an hal : 94
[2] . Departemen Agama RI Mushaf Al Qur’an dan Terjemahanya Q. S. Al Jumu’ah ayat: 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar